Semalam, sebuah
acara musik yang bernama Radio Show telah memberikan pernyataannya. Pernyataan
yang sampai sekarang masih menjadi tanda tanya besar untuk saya. Apakah benar acara ini akan berakhir? Apa
sebabnya? Siapakah orangnya, yang tega menutup acara nan sudah terlanjur
besar ini? Namun semua pertanyaan yang
ada di benak tak mampu memuaskan saya. Daripada saya sibuk bertanya-tanya,
lebih baik saya menceritakan sedikit tentang apa yang telah terjadi selama ini,
ketika Radio Show masih mengudara; On Air.
Radio Show adalah
sebuah program yang mengimplentasikan konsep radio untuk televisi. Ketika kata
'radio' menjadi sebuah konsep, maka pemilihan musik pun menjadi beragam. Tak
seperti kebanyakan acara musik di televisi yang hanya menampilkan musisi atau
video klip yang itu-itu saja, Radio Show justru menampilkan para musisi dan
video klip dengan berbagai genre musik yang mungkin belum pernah kita dengar
sebelumnya. Sehingga, Radio Show dapat dengan mudah menarik perhatian dan hati
para penonton, seolah acara ini memiliki pesona yang berbeda ketika pertama
kali muncul.
Sys NS, adalah
pembawa acara pertama di Radio Show. Pada saat itu acara ini berlokasi di
Kemang, dengan panggung yang terlihat sempit dan seadaanya, namun dengan jumlah
penonton yang terlihat banyak dan semakin bertambah banyak, sehingga lokasi
terasa lebih seperti 'gig' daripada lokasi shooting untuk acara televisi.
Kemudian lokasi
dipindahkan ke Kuningan, dengan area yang lebih besar dan mampu menampung
liarnya para penonton yang datang. Ketika Radio Show berpindah ke Kuningan,
acara ini tak lagi dibawakan oleh Sys NS. Dan tersebutlah sejumlah nama pembawa
acara yang sudah tak asing lagi di kancah peng-On Air-an. Seperti Sandy PAS,
Jimi Multhazam, Lukman Superglad, Wendi Putranto, Denny Sakrie, Raldi Boy, Silva,
May, dst.
Terima kasih
kepada mereka yang telah membawa nyawa baru bagi acara ini. Terlebih lagi,
mereka mampu membuat suasana menjadi lebih hidup.
Dan, mengapa saya
merasa kehilangan Radio Show?
Mungkin bukan
hanya saya yang merasa kehilangan. Mungkin juga bukan hanya para penonton.
Tetapi yang harus diketahui adalah, yang menonton dan menikmati acara ini bukan
hanya dari kalangan penikmat musik saja. Bukan hanya dari sekelompok orang yang
gemar memakai baju hitam dengan anting dan tato di tubuhnya, bukan hanya para
remaja, para pekerja, dan juga para pengangguran. Bahkan tidak sedikit orang
tua atau orang yang sudah ‘berumur’ menyaksikan acara ini. Mungkin sekedar
mengenang masa mudanya, ketika ia masih merasa menjadi 'rocker'. Atau sekedar
menghibur diri dan mencari wawasan tentang perkembangan musik di negara ini.
Juga banyak situs
dan media cetak musik yang teruntungkan, sebab jadwal penayangan Radio Show
yang setiap hari membuat para jurnalis semakin mudah untuk mendapatkan berita
atau wawancara. Bahkan sudah banyak komunitas-komunitas yang terangkat namanya
melalui program acara ini. Seperti komunitas fotografi, backpacker, pecinta
buku, juga para seniman seni rupa pun mempunyai wadah untuk mengenalkan karya,
visi, dan misi mereka kehadapan masyarakat.
Seperti yang
terlihat di situs tvOnenews - Radio Show, masyarakat maupun musisi kerap
menanyakan hal yang sama, "Bagaimana caranya agar band kami bisa main di
Radio Show?" bukankah itu sebuah pertanda, bahwa acara ini bukan hanya
sekedar 'penghibur', tetapi acara ini telah menjadi sebuah harapan bagi orang
banyak. Layaknya budaya POP, yang dikenal, dikagumi dan dibutuhkan.
Dan apabila
sesuatu hal yang sudah terlanjur dikenal, dikagumi, dan terlanjur dibutuhkan,
mendadak harus dihentikan atau dimatikan, apakah kita sebagai penikmatnya tak
boleh bersedih? Atau merasa kehilangan? Sebab sesuatu itu sudah membuat kita
terbiasa. Sesuatu itu telah menjadi candu untuk kita di setiap malam. Dan
sesuatu itu adalah, Radio Show.
Lihat, betapa
uniknya acara ini, sehingga penonton tak hanya menyukai, tetapi juga mencintai
Radio Show.
Radio Show
berhasil menyajikan acara musik yang berbeda di tengah kompetisi tayangan
televisi yang sangat monoton. Radio Show berhasil membuat paradigma baru untuk
dibagikan ke masyarakat Indonesia. Agar masyarakat tahu bahwa musik di negara
ini sangatlah beragam, layaknya Indonesia dengan berbagai suku dan
kebudayaannya.
Pada saat detik-detik Radio Show
akan dimatikan, semua pembawa acara hadir di atas panggung. Saling bercanda,
saling tertawa, mungkin untuk menyembunyikan sedih, mungkin juga untuk merayakan
hari akhirnya di acara ini. Namun sepertinya Sandy PAS bukan orang yang pandai
bersembunyi. Sebab, walau mulutnya membungkam kata-kata, namun air matanya tak
mampu menyembunyikan kesedihan.
"...jadi sejarah..."
Kata Jimi Multhazam.
"Berhenti bukan berarti mati." Ucap Andra.
Maka mereka semua saling
berpelukan di atas panggung. Sungguh suasana yang sangat menyentuh. Semua
pembawa acara terlihat sangat ‘lunak’ hatinya, diatas panggung yang terasa
keras.
Mengapa keras? Sebab musik keras
yang mencuat dari sound system semakin menyulutkan keadaan, seolah semua orang
yang berada di bawah panggung sedang berpesta untuk memeriahkan seremoni
penutupan acara Radio Show. 'Tuhan Telah Mati' menjadi lagu penutup di akhir
acara Radio Show. Maka, untuk kali ini, mari kita meyakini bahwa Tuhan tidak
benar-benar mati dan doa kita akan dikabulkan oleh Nya untuk menghadirkan
kembali Radio Show di Season 2.